Jumat, 17 September 2010

Melacak Jejak di Kepulauan Biak (Menjadi Inspirasi)

papuaBiak Numfor terletak di Teluk Cendrawasih, sebelah utara Papua. Terdiri dari tiga pulau-pulau besar yaitu Pulau Biak, Pulau Supiori dan Pulau Numfor dan enam puluh dua pulau-pulau kecil, dapat disebut sebagai kabupaten kepaulauan karena letaknya yang terpisah dari pulau utama Irian Jaya. Biak Numfor terletak pada garis 0′55’ – 30′ Lintang Selatan dan 134′ 47’ – 136′ 45’ Bujur Timur. Daerah sebelah utara dan timur berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Yapen dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Wonial.Sebagian besar wilayah Kabupaten Biak Numfor adalah daerah Karst, wajar jika kondisi sekitar tidak terlalu subur untuk ditanami, kering, dan banyak terdapat gua alam dari proses hidrologi karst dalam tanah. Cuaca di kota Biak dan di daerah-daerah sekitarnya relatif cukup panas, wajar jika masyarakat Biak Numfor memberikan julukan pulau ini dengan sebutan “Karang Panas”, pulau kecil yang panas.Masyarakat Internasional mengenal pulau ini karena terdapat banyak menarik dan penting yang dimiliki oleh Biak, disamping keindahan dan pesona kekayaan baharinya, juga sejarah perang dunia ke II yang terjadi pada tahun 1943-1945 saat Jepang menduduki Indonesia. Menjadi sangat dikenal karena pada era tersebut tempat ini menjadi daerah basis pertahanan pasukan sekutu dan Jepang. Peristiwa tersebut banyak meninggalkan bukti sejarah, salah satunya adalah bekas landasan pesawat terbang Mokmer yang sekarang menjadi Bandara Frans Kaisiepo.
Biak “Bila Ingat Akan Kembali”. Ungkapan tersebut sering diucapkan oleh wisatawan. Untuk mendukung potensi pariwisata di Biak Numfor, pemerintah daerah telah menyiapkan sarana dan prasarana yang sangat memadai untuk itu. Bandara yang bertaraf Internasional “Frans Kaisiepo” merupakan bandara terbesar di propinsi paling timur ini, meskipun ibukota Papua bukan di Biak Numfor. Bandara Frans Kaisiepo sangat mendukung nilai stategis Biak Numfor, karena letaknya sebagai pintu gerbang internasional. Selain Bandara, pelabuhan lautnya bisa akses langsung ke kawasan Asia Pasifik, Australia dan Amerika.

Musium Cendrawasih

papuaJika sebelumnya anda belum pernah datang ke Pulau ini, sangat disarankan untuk mengunjungi Musium Cendrawasih yang terletak di Kota Biak sebagai perkenalan awal untuk mengenal Kota, Sejarah, Profil masyarakat Papua, dan mengenal adat budaya masyarakat Suku Biak. Anda akan dipandu dengan baik oleh penjaga Musium yang tahu banyak tentang daerahnya.
Musium Cendrawasih dibangun dengan Arsitektur tradisional ciri khas rumah Suku Biak yang dikenal dengan nama Rumstram. Di dalamnya terdapat banyak peninggalan perang Dunia II, berbagai macam alat perang dan senjata dari mulai jenis ringan hingga berat tersimpan di musium ini. Anda juga akan dikenalkan dengan adat budaya masyarakat Papua melalui profil beberapa suku yang tinggal di Pulau Papua.
Musium Cendrawasih dapat dicapai dengan mudah, karena dibangun di tengah kota, anda dapat mengunjunginya dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, datang berombonganpun tersedia areal parkir yang cukup memadai.

Apa itu Karst?

kolam biruKita dapat menentukan bidang gua-gua dalam istilah yang sesuai dengan bentuk lahan dan dihubungkan dengan proses bentuk bumi. Daerah karst umumnya dicirikan dengan adanya closed depression, drainase permukaan
dan gua. Daer
ah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batugamping yang lazim dan relatip mendekati. Tetapi pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kwarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Semua tersebut diatas adalah benar-benar karst. Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses yang lain – cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).

Sebagai daerah kepulauan, Biak Numfor memiliki lokasi wisata pantai dan bahari yang indah untuk dapat dinikmati. Disamping itu juga terdapat beberapa lokasi bersejarah sisa perang dunia II, yang menjadi daya tarik dan  layak untuk dikunjungi, selain acara-acara tradisional yang sering diadakan di kabupaten ini.

Pantai


Sebagai wilayah kepulauan, Biak Numfor memiliki kekayaan akan pantai yang indah, dengan kawasan yang masih asli dan budaya masyarakat bahari, menambah keunikan wisata alam ini. Lokasi pantai yang menarik, banyak terdapat di sepanjang wilayah Biak Timur dan Biak Utara. Di Biak Timur terdapat Pantai Segara Indah, Marauw, Tanjung Barari dan lainnya,  di sepanjang pesisir terdapat pantai yang indah dan landai sehingga pengunjung dapat bermain ataupun berenang di pantai tersebut. Di Biak Utara juga terdapat pantai yang indah dan bagus seperti pantai Korem, Wari dan beberapa pantai lain di sepanjang pesisir wilayah ini. Pantai di daerah ini berhadapan langsung dengan Samudara Pasifik sehingga ombaknya pun cukup besar, sangat cocok untuk melakukan kegiatan selancar.

Monumen


Biak Numfor dahulu merupakan basis militer dari Jepang, yang akhirnya dikuasai oleh Sekutu. Karena itu di beberapa daerah seperti di wilayah Biak Timur terdapat peninggalan sisa perang dunia II yang dikelola oleh Pemda dan dijadikan sebagai objek wisata. Lokasi wisata ini dapat ditemui di Pantai Parai berupa monumen PD II untuk memperingati tentara jepang yang gugur di daerah tersebut. Di wilayah Biak Kota yang terdapat Goa Jepang, yaitu goa yang dahulunya merupakan jalur penghubung antara daerah perbukitan dengan pesisir pantai. Di lokasi ini terdapat pula peralatan maupun persenjataan sisa PD II yang disimpan dalam museum setempat maupun museum Cendrawasih.

Bahari


Sebagai daerah kepulauan dan memiliki kekayaan laut yang besar, Kabupaten Biak Numfor memiliki beberapa tempat dengan pemandangan bawah laut yang indah dan menarik.
Keindahan pemandangan bawah laut tersebut dapat dinikmati pada lokasi-lokasi antara lain :  Kepulauan Padaido dan pesisir pantai Biak Timur. Untuk mencapai Kepulauan Padaido mempergunakan perahu yang dapat disewa pada penduduk setempat.
Untuk menjaga kelestarian kekayaan laut tersebut,   Pemda Kabupaten melalui badan Core Map, melakukan pembangunan dan pelestarian atas biota laut yang ada seperti Terumbu Karang, Rumput Laut, Ikan-ikan dan lain sebagainya.

Tradisional


Kegiatan yang menampilkan budaya setempat sering diadakan oleh Pemda sebagai bentuk dari kepedulian dan melestarikan budaya Biak. Acara tersebut berupa kegiatan kesenian seperti Tarian Tradisional maupun acara kesenian dari Biak. 

Acara Perkawinan Adat


Suku Biak menyebutnya “MUNARA YAKYAKER PURBAKBUK”. YAKYAKER adalah suatu upacara pengiringan penganten wanita ke rumah penganten pria. Ini merupakan puncak di upacara perkawinan (Munara Purbakbuk). Sebelum berlangsung upacara perkawinan, didahului dengan sejumlah tahapan upacara antara lain pembayaran mas kawin yang disebut Ararem. Sesuai tradisi Suku Biak, besarnya mas kawin (ararem) ditentukan oleh pihak keluarga wanita yang melalui kesepakatan besarnya antara sanak keluarga. Untuk penentuan waktu penyerahan Ararem tersebut, dapat disepakati bersama oleh kedua belah pihak yakni keluarga wanita dan pihak keluarga pria. Munara Yakyaker (Upacara Pengiringan) selama 7 hari dan 7 malam, kedua calon pengantin diawasi dalam rumah keluarga masing-masing dan setelah itu pengantin wanita diiring dengan suatu arak-arakan tari dan lagu yang disebut “WOR” ke rumah pengantin pria, dan disana dilangsungkan upacara Pengukuhan tanda sahnya perkawinan tersebut.

Tarian Tradisional


Tarian Yospan merupakan tarian rakyat yang biasa dilakukan dalam kegiatan-kegiatan acara adat maupun peringatan hari-hari besar. Dan dilakukan secara berkelompok dan memiliki irama dan ritme riang,  sangat unik dan menarik.

Biak Numfor, Ketika Kekuatan Bahari dan Sejarah Memancarkan Pesona

 

Gumpalan awan putih tak beraturan menggelayut manja di langit biru. Matahari enggan menampakkan diri. Gelombang tenang tidak bergejolak, memberi kepuasan mengintip karang-karang di dasar laut jernih. Teduh, alami dan masih tejaga. Mereka berpadu syahdu memayungi "apa-apa" menelusuri kepulauan Padaido di Kabupaten Biak Numfor, Papua, yang menyimpan kekayaan tak ternilai, keindahan laut dan sejarah.


Mereka, orang Biak, menamakan alat transportasi laut alias perahu dengan sebutan Apa-apa. Istilah lainnya adalah Motor Tempel atau Perahu Johnson. Apapun istilahnya, orang Biak sangat mengistimewakannya, karena Apa-apa atau Motor Tempel atau Perahu Johnson menjadi tumpuan mereka menikmati kekayaan laut daerahnya yang luar biasa.
Dimulai dari Tip Top, daerah yang tidak jauh dari pusat Kota Biak yang menjadi sandaran angkutan rakyat tersebut, kita bisa mengawali perjalanan eksplorasi kawasan Kepulauan Padaido yang secara geografis terletak di sebelah Timur Pulau Biak dan menjadi bagian wilayah Teluk Cendrawasih.

Objek Wisata Di Kepulauan Padaido

Kepulauan Padaido merupakan sebuah gugusan pulau terdiri dari 31 pulau, 10 diantaranya berpenghuni. Dibagi menjadi 2 bagian, Padaido Atas dan Padaido Bawah memiliki hamparan pasir putih dengan panorama laut yang mengagumkan. Mereka dibidik oleh para diver mancanegara sebaga salah satu daerah untuk menyalurkan hasrat diving atau olahraga air lainnya selain Bali dan Sulawesi, yang populer akan keindahan bawah lautnya.

Di sepanjang gugusan kepulauan ini ada beberapa objek wisata bahari yang layak dijadikan destinasi para pecinta diving atau wisatawan, seperti Pulau Pakreki yang menjaid pembatas antara Padaido Atas dan Padaido Bawah. Untuk mencapai ke pulau ini butuh waktu satu jam dari Tip Top. Dengan kondisi terumbu karang yang masih baik dan bentangan pulau pada bagian utara dan timur yang memiliki pantai yang landai, merupakan tempat yang cocok untuk snorkeling. Sementara para diver memilih bagian baatnya karena memiliki pantai yang curam, dinilai bagus untuk diving.

Selama perjalanan menuju Pakreki, keindahan pemandangan alam sangat memanjakan mata. Terlihat samar-samar Pulau Yapen berbentuk bukit memanjang yang juga memiliki kekayaan hasil laut yang tak kalah dari daerah-daerah di papua lainnya seperti Sorong dan Pulau Biak sendiri.

Jika tidak ingin melewatkan kekuatan nilai sejarah yang tersimpan di dasar Laut Biak, anda dapat meyelam untuk melihat bangkai pesawat Catalina yang dipakai tentara Jepang ketika melawan sekutu pada masa Perang Dunia II. Kondisi pesawat tersebut masih utuh. Tidak jauh dari 'kediaman' pesawat Catalina, kira-kira dapat dicapai selama 10 menit, kita bisa melihat pulau yang ditopang oleh karang seperti bentuk vas bunga, itu adalah Pulau Rurbas Besar. Pulau ini berdiri berpasangan dengan Pulau Rurbas Kecil yang berada di seberangnya.

Setelah mengaggumi sebagian kecil pulau-pulau di atas perahu kita bisa menginjakkan kaki di salah satu pulau yang bepenghuni tepatnya di Desa Mbromsi atau Kampung Nyansoren. Menyinggahinya seperti membuka tabir budaya Papua nan unik. Suara merdu lagu-lagu Yospan (Yosim Pancar), yang dinyanyikan sekelompok pria  diiringi dengan gerakan tari atraktif dan dinamis oleh para wanita, membentuk kesatuan yang menggambarkan semangat kehidupan masyarakat Papua.

Tidak hanya disambut oleh Yospan, kita juga bisa menyaksikan Barapen, yaitu batu-batuan panas yang telah dibakar. Batu-batuan itu digunakan untuk mematangkan makanan khas seperti umbi-umbian, sagu dan lauk-pauk seperti ayam dan ikan. Sebenarnya Barapen juga merupakan sebuah atraksi atau upacara yang dilakukan muda-mudi menjelang dewasa. Batu-batuan yang jumlahnya banyak tersebut dibakar pada api unggun dan sisa pembakaran dipindahkan ke telapak kaki mereka yang telah diberi obat-obatan dan ludah pinang. Pada waktu bersamaan dibacakan mantra, mereka demonstrasi berjalan diatasa batu panas dengan kaki telanjang. Atraksi tersebut sampai sekarang masih berlangsung di Kabupaten Biak Numfor oleh suku tertentu.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Pulau Dauwi, di pulau ini terdapat pondok wisata yang telah dibangun oleh masyarakat setempat untuk digunakan wisatawan menikmati suasana tenang dan hening sambil mengamati panorama matahari terbit dan tenggelam. Wisatawan juga bisa bermalam dengan menginap di pondok wisata yang telah disediakan. Menjelang senja, segeralah pergi ke sebelah timur pulau ini menuju Pulau Samakur, karena anda akan ditakjubkan dengan pemandangan cantik yaitu pergantian burung siang dengan burung malam yang terjadi di kala matahari hendak tenggelam. Pemandangan itu memang menjadi salah satu objek yang selalu ditunggu oleh wisatawan.

Jika ingin menikmati keindahan bawah laut di sekitar Pulau Dauwi, anda bisa menyeberang ke Pulau Runi, Rasi dan Nukori yang menawarkan keindahan terumbu karang dan biota laut lanilla. Selain itu, di kawasan pulau ini juga terdapat tempat bersejarah seperti Pulau Wamsoi yang konon ceritanya di tempat inilah pertama kali pasukan sekutu yang dipimpin oleh Jendral Douglas MacArthur mendarat sebelum ke Pulau Wundi. Pulau Wundi sendiri merupakan pulau yang sangat terkenal tidak hanya di kalangan domestik tapi juga di mancanegara karena menjadi pangkalan pasukan sekutu melawan pasukan Jepang dalam PD II. Tempat dari bagian sejarah besar dunia tersebut menyisakan bukti-bukti peninggalan perang seperti tabung bom, drum-drum serta bekas rumah sang jendral meski sekarang tinggal fondasinya saja.

Dari Pulau Wundi, perjalanan berlanjut ke Pulau Owi yang juga di kawasan gugusan Kepulauan Padaido, dekat dengan Biak Kota dan daratan Pulau Biak sebelah timur (Bosnik), tempat transit orang menuju pulau tersebut. Bangunan gereja bertuliskan "Tugu Peringatan Injil Masuk di Plau Owi 4 September 1933" terpampang di depan dan sangat mencolok. Keberadaan bangunan tersebut seperti penyambut setiap tamu yang datang. Kepopuleran pulau ini tidak terlepas dari bandara udara yang dimilikinya, di mana dahulu semasa PD II tentara sekutu menjadikannya sebagai pangkalan untuk menyerang tentara Jepang di wilayah Pasifik. Bandara tersebut masih ada meskipun tidak dimanfaatkan lagi.

Perjalanan ke pulau-pulau di Kepulauan Padaidopun berakhir dan tiba waktunya kita kembali ke daratan. Tiba di Desa Ofiare, Distrik Biak Timur, kita bisa menuju Goa Lima Kamar untuk kembali melihat bukti-bukti sejarah dari pertempuran hebat PD II yang masih banyak terdapat di Biak.  Dari sini, goa peninggalan tentara Jepang tersebut dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan menggunakan bus. Sesuai dengan namanya, goa ini memiliki lima rongga atau kamar yang diduga dipakai oleh tentara Jepang sebagai tempat penyimpanan obat dan perawatan, karena masih terdapat sisa-sisa dan bekas obat-obatan. Waktu yang tepat untuk mengunjungi goa ini sebaiknya siang hari karena masih terang sehingga jelas untuk melihat keadaan sekitar. Kita juga bisa lebih leluasa melihat stalagnit yang indah dan mempesona.

Tidak jauh dari Goa Lima Kamar, anda dapat mengunjungi monument PD II yang terletak di pinggir laut di Desa Paray. Selama 1942-1944 kawasan ini digunakan sebagai pusat pemerintahan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang. Peninggalan yang tersisa adalah berupa tulang dari tentara Jepang yang menjadi korban PD II. Tulang tersebut dimasukkan ke dalam peti dan diberi nama dalam aksara kanji dan di tempel foto korban di luarnya. Monumen ini dibangun atas kesepakatan Jepang dan Indonesia.

Peninggalan tentara Jepang yang terdpat di daratan Biak Numfor juga bisa disaksikan lebih banyak lagi di Goa Jepang. Sebelum memasuki goa, pada halaman depan tampak sisa-sisa peralatan yang dipakai perang dengan keadaan berkarat. Mulai dari baling-baling pesawat, tank, amunisi sampai badan pesawat yang berserakan. Sebagian lagi terdokumentasi di museum kecil yang terletak di depannya.

Masyarakat setempat menyebut goa ini "Abyak Binsar". Abyak berarti goa dan Binsar berarti nenek. Menurut legenda, disebut Goa Jepang karena mendekati akhir PD II orang-orang Jepang menggunakan goa ini sebagai tempat persembunyian dan basis penyimpanan logistik. Goa ini berlubang diatasnya akibat pegeboman oleh tentara sekutu. Menurut informasi, saat pengeobaman terjadi terdapat sekitar tiga ribu tentara Jepang bersembunyi di dalam goa.

Pulau Biak memang menyimpan banyak bukti PD II yang menjadi bagian sejarah besar dunia. Keberadaannya telah menjadikan Biak sebagai daerah yang memiliki kekuatan wisata sejarah selain potensi andalannya kekayaan laut yang menakjubkan. Dan ketika satu dengan yang lainnya saling memancarkan pesona, itulah yang akan selalu terekam dalam memori setiap orang yang menikmati keindahannya.


Flora dan Fauna


flora.jpg
Keadaan flora Kabupaten Biak Numfor umumnya terdiri dari hujan campuran. Daerah tropis ditepi pantai dan daerah rendah umumnya hutan untuk kepentingan perladangan penduduk. Di muara sungai dan pantai terdapat hutan sagu yang dimanfaatkan penduduk sebagai bahan makanan.
Di daerah pedalaman umumnya terdiri dari hutan alam yang menghasilkan kayu keras yang sangat baik untuk industri perkayuan seperti matoa, bintangur, agathis dan lain-lain. Sedangkan jenis unggas seperti merpati, kakatua, nuri, dan lain-lain yang mempunyai kemiripan dengan fauna Australia. Sedangkan jenis reptil seperti buaya, ular, penyu, biawak, kura-kura serta berbagai jenis ikan laut.

Taman_Burung.jpg


Satwa Burung di Biak





Potensi Budaya



Masyarakat & Adat IstiadatMasyarakat Biak masih memiliki kebudayaan kuno yang berkisar pada kepercayaan animisme bahkan kepercayaan tersebut lebih ditonjolkan melalui upacara ritual yang lebih dikenal dengan WOR. Kata Wor sudah berarti lagu dan tari tradisional. Semua anak yang terkena wabah penyakit dianggap bernasib malang sehingga harus diadakan upacara adat. Wor dapat mengekspresikan semua aspek kehidupan orang Biak, seperti halnya upacara tradisional para leluhur berupa ukiran kayu, dan lebih khusus pada motif atribut yang digunakan mereka pada saat menyanyi dan menari; berupa motif pada pakaian. Semua barang yang digunakan untuk upacara adat dapat disakralkan atau dikeramatkan. Beberapa upacara tradisional orang Biak antara lain Upacara gunting rambut/cukur (Wor Kapapnik), Upacara memberi/mengenakan pakaian (Wor Famarmar), Upacara perkawinan (Wor Yakyaker Farbakbuk), dan lain-lain. Seluruh upacara diiringi dengan lagu dan tari bahkan merupakan sumbangan atau pendewaan kepada roh-roh para leluhur.
Pekuburan Tua Padwa
Tempat di mana dapat dilihat tengkorak dan tulang belulang dari leluhur suku Biak yang mendiami kampung Padwa yang teratur rapih di dalam goa batu/tebing karang. Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih 20 menit.
Tari Yosim Pancar
Tarian persahabatan Biak Numfor dikenal dengan nama Yosim Pancar. Pertunjukkan yang diadakan lebih dari satu orang denga gerakan dasar yang pebnuh semangat, dinamik dan menarik, seperti Pancar gas, Gale-gale, Jef, Pacul Tiga, Seka dan lain-lain.

Wor Barapen
Upacara Barapen adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh para pemuda (Kabor Insos) sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja. Setelah upacara selesai ribuan batu disusun dan dibakar sampai batu tersebut menjadi bara. Batu yang masih membara disebar, sementara itu pemimpin keagamaan mempersiapkan dirinya dengan melumuri kakinya dengan cairan khusus sambil mengucapkan mantra. Ketika sang pemimpin upacara sudah siap, dia kemudian berjalan di atas batu yang masih panas membara.

Festival Pesta Pernikahan Tradisional
Suku-suku di Biak sering sekali mengadakan upacara Munara Yakyaker Purbakbuk, yaitu sebuah upacara mengantar pengantin perempuan ke rumah pengantin laki-laki. Yakyaker artinya membiarkan seorang pengantin wanita pergi ke kediaman pengantin pria.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar